Filosofi Perbedaan

Posted On 06.01 by Yusuf |

Diantara anugerah paling indah yang Tuhan berikan kepada manusia adalah nikmat perbedaan. Perbedaan jenis kelamin, warna kulit, bahasa, bangsa bahkan sampai perbedaan ideologi itu semua merupakan sunatullah yang sudah diatur sebelum penciptaan bumi ini. Selain ajang untuk saling berkenalan dan berbagi, perbedaan juga sebagai arena untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, bukan untuk saling menaklukan.

Banyak sekali ayat yang menerangkan semua itu. Bahkan Tuhan dalam kitab-Nya telah menyindir kita, “Apakah kamu membenci semua manusia sampai mereka menjadi orang yang beriman”. Dari firman tadi jelaslah bahwa manusia tidak bisa memaksakan kehendak mereka kepada the others.

Orang yang belum memahami sunatullah ini, menganggap perbedaan ibarat api dalam sekam. Satu batang korek api saja dilemparkan, maka akan terjadi kebakaran yang sangat dahsyat dan sulit dipadamkan. Sejarah mencatat banyak sekali tindak kejahatan yang dilatarbelakangi perbedaan ini. Jauh sebelum masehi, Firaun yang menganggap dirinya sebagai tuhan, dengan kesombongannya menjajah Bani Isarel kaumnya Nabi Musa As.. Di Jerman, Hitler dengan gerakan NAZInya memberantas orang-orang yahudi. Di Amerika, gesekan antara kulit putih dan hitam terus terjadi, dan masih banyak lagi. Bahkan ada dalam salah satu agama bumi yang mengatur perbedaan kasta antara manusia.

Tapi bagi orang bijak, perbedaan itu ibarat bahan-bahan bangunan, yang mana satu dengan lainnya bersinergi untuk menciptakan sebuah gedung yang indah, megah dan kokoh. Kita lihat bagaimana Rasulullah Saw. mengolah kolak perbedaan itu. Perbedaan sifat para sahabat dicetak menjadi pribadi-pribadi unggulan. Perbedaan antara kaum muhajirin dam anshar dipoles menjadi kekuatan yang sangat menakutkan bangsa-bangsa sekitar jazirah arab saat itu.

Ali bin Abi Thalib, khalifah keempat, sepupu dan menantu Rasulullah Saw. berkata, “Kita benci pada apa yang kita tidak tahu”. Konflik yang terjadi sepanjang sejarah, mungkin saja terjadi karena kebodohan manusia dalam menyikapi perbedaan. Lalu bagaimana sikap kita menghadapi perbedaan ini, demi terciptanya kedamaian di sekeliling kita.

Seorang ulama besar berkebangsaan arab berkata, “Nata’âwan fîmâ ittafaqnâ, wa natasâmah fîmâ ikhtalafnâ”. Bekerjasama dalam hal yang sudah disepakati dan saling toleran dalam setiap perbedaan. Ya, mencari persamaan lebih mudah, dari pada terus mengorek-ngorek perbedaan. Tentunya dibarengi dengan spirit saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Jadi apapun latar belakang kita, ideologi dan gerakan kita, selama bertujuan menciptakan kemaslahatan umum dan menimalisir kerusakan harus saling menghargai. Tidak bertemu di dunia, insya Allah di depan pintu surga nanti kita dipertemukan. Amin

Allah Swt. berfirman, “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujrât [49]: 13). Wal’Lâhu a’lamu bi’lshawâb.
edit post
0 Response to 'Filosofi Perbedaan'

Posting Komentar

Tema